Apakah memang selayaknya perasaan itu kita
yang mengendalikan? Bukan perasaan yang mengendalikan kita? Jika memang benar
begitu adanya, bukankah justru berarti membiarkan diri kita sendiri dikuasai
oleh ego dan logika-logika yang absurd dalam menghadapi kehidupan? Bukankan
perasaan justru menjadi substansi yang mengandung esensi dari kebenaran? Ah,
mungkin aku terlalu berkutat dengan landasan filosofis yang telah dituliskan
dan diperdebatkan selama berabad-abad oleh sejarah. Yang justru membuatku muak
sendiri adanya. Kenapa manusia berpikir sesuatu yang terkadang tidak perlu
dipikirkannya? Kenapa sulit untuk menjalani hidup apa adanya yang seperti
orang-orang katakan? Aku yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak ada seorang pun di
dunia ini yang benar-benar menjalani hidup apa adanya. Slogan tersebut hanya
berfungsi sebagai paradoks untuk hiburan semata. Untuk menghidupkan kembali
semangat-semangat yang sempat tertidur atau bahkan mati suri. Akankah benar
demikian adanya?
Label: Opini