Maybe Another Life


In another life,
Maybe we see everything,
In a different light,
Like an endless summer,
And in the years from now,
We'll all be living,
The same old certain dream,
That we imagined would be, 
Somewhere high,
Somewhere high above the clouds,
We could live there safe and sound,
Far away from where we are,
Yeah we'll find our star,
But maybe that's another world...


(Westlife-Another World)



In another world, maybe we can see each other,
Something that we can't see on each of us,
Because we're not born to be the same thing,
In another life, maybe I can find you like what I want to,
In another life, maybe you can find me like what you want to,
But it would just happen in another life,
We don't have enough sun to give us life,
Yes, there is only in another life,
Cause the last light of mine,
Has became my last hope,
And the only hope just goes by now.

Paska

Kilatan sebuah pelangi atas langit. Seorang anak manusia yang menunggu jingga terbenam matahari. Karena kita ini terpaut dalam wajah yang sama, hari yang sama, momen yang sama. Kelabu dan semu, itu yang dirasakan dahulu. Tidak benar ada sebuah peristiwa dimana kita tidak mengetahuinya. Karena kelopak mata telah sepanjang waktu menunggu terbenamnya matahari. Menggantikan siang yang lelah. Aku tahu kamu dahulu. Kamu tahu aku kini. Tergelak mematung. Berkicau pada diri sendiri. Meracau di sore hari. Mungkinkah akan hilang sebuah siluet yang pernah berjalan menyusuri lorong waktu?  Memeluk dan menggenggam impian dari sang guru. Kita menjadi pelangi, melebur dalam garis yang pasti. Kan ku kecup hujan untukmu. Kan ku tantang terik hari agar salamku tersampaikan padamu. Sebab bunga terakhir akan tetap berpijar meski ditelan waktu.

Sebanyak masa yang telah usang, sepanjang masa akan terkenang. Lantunan merdu pertanda hadirmu. Lantunan lagu, pertanda akan diriku. Menunggu di balik meja, mengintip lewat cermin. Sebab mata kita kan sulit tuk bertemu, apalagi berpadu. Takdir bukan jawaban untukmu dan bukan juga untukku. Hanya lewat bisu, cukup dengan membisu, jiwa kita akan bertemu. 

Dear #5

Dear Antares,
Aku tak mampu menemukanmu. Aku tak lagi melihatmu di balik berpendarnya cahaya malam dalam waktu-waktu ini. Aku tidak tahu, mungkin sudut penglihatanku kah yang salah. Atau mungkin karena aku tak lagi memiliki loteng tempat aku memandangmu dari kejauhan sana lagi. Aku pun tidak tahu, apakah engkau yang tidak ingin aku temukan lagi. Terakhir, aku tak lagi melihat cahaya merah menyala yang selalu engkau banggakan dulu. Aku tidak mampu menguraikan setiap pantulan cahaya yang sebelumnya dengan gagah engkau tunjukkan pada angkasa. Harusnya sudutmu tidak berubah. Harusnya engkau tidak hilang ditelan masa. Harusnya engkau tidak menghilang dari pandanganku. Atau harusnya aku yang tidak seharusnya mengatakan harus padamu?

Tentang Kita...


Aku memasukinya. Aromanya sangat khas, begitu kukenal. Setiap guratan di tubuhnya, setiap bekas yang pernah aku jejakkan, dan bukan hanya aku yang pernah melakukannya. Meskipun sekarang ia telah berbeda, ia tak lagi sama seperti dulu. Beberapa make up telah membuatnya terlihat lebih baik dan tidak seburuk dahulu. Namun aku masih hafal betul padanya. Bagaimana tidak? Ia adalah tempat pertama kali aku mendengar sebuah lantunan lagu yang diciptakan untuk menghadirkan kehangatan di rumah kita. Kemudian aku melihatnya. Seorang anak berumur 15 tahun. Duduk di bangku baris kedua, kolom kedua dari barat. Anak perempuan itu mengenakan pakaian sekolahnya yang berwarna abu-abu, dengan badge berwarna kuning di sebelah lengannya. Ia tersenyum setengah tertawa sembari memandangi papan tulis di hadapannya. Di papan tulis itu terdapat rangkaian kata yang akan mengalun merdu setelahnya. Aku memandang anak itu lagi. Aku ingat jelas, ia adalah aku. Aku empat tahun yang lalu. Di balik tembok berwarna hijau, dengan papan tulis putih di depan kelas ini yang menandakan bahwa ini adalah kelas X-C. Tetapi bukan ini kelasku, hari ini hanyalah menjadi hari dimana aku bertemu dengan teman-teman lain untuk mendengarkan sebuah lirik. Dan kini aku dapat melihat mereka, beberapa muncul satu per satu, di baris sana, di kolom sini, hingga kelas ini terisi hampir belasan orang. Lantunan lirik itu mengalun perlahan... Aku yang dulu, mereka, telah menghilang... Tetapi kudengar jelas lewat telingaku lagu itu...

Secangkir Kopi Tanpa Gula

Perkenalkan, aku seorang mahasiswi sebuah Universitas swasta di Jakarta. Dua tahun yang lalu aku diterima di Universitas ini dengan sebuah proses seleksi beasiswa penuh yang ditawarkannya. Tanpa beasiswa ini mungkin aku tidak akan pernah meneruskan lagi pendidikanku hingga taraf perguruan tinggi. Tanpa disangka, aku lolos pada seleksi beasiswa tersebut, mengalahkan ribuan pendaftar dari seluruh Indonesia, serta menyambut keluarga baruku yang terhitung hanya sekitar tiga puluh-an anak. Kami mencoba mengukir dan menggapai mimpi-mimpi kami di kampus kami, serta berusaha mengumpulkan bulir-bulir keringat demi membanggakan orang-orang rumah maupun donatur yang berbaik hati membiayai kami, tak terkecuali yang terhormat tentu saja pihak kampus kami. Kami tinggal di sebuah rumah yang notabene adalah “asrama” kami. Gratis. Kamarku pun lebih besar dari ukuran kamar kos untuk empat orang. Dan selain beasiswa kuliah, kami juga ditunjang dengan uang saku perbulan, serta uang buku tiap semester. Sangat beruntung bukan? Aku rasa aku harus sangat berterima kasih kepada takdir yang telah membawaku sampai ke kehidupan saat ini.

Dear #4

Dear Antares,
Hai, apa kabarmu? Serasa lama sekali aku tidak menyapa lewat tulisan. Tapi aku yakin, bahwa kamu sendiri bahkan tidak tahu telah berapa banyak tulisan yang aku buat untukmu dan tidak pernah aku keluarkan J. Tentang menanyakan kabar, aku rasa kita masih sangat baik bukan? Bahkan hampir tidak ada satu haripun kosong tanpa kehadiranmu dalam waktuku. Memang, rasanya rangkaian hari ini benar-benar begitu rapat seperti layaknya partikel-partikel penyusun gelas kaca di ujung sana, benar begitu?

Critical Review "ASEAN and Regionalism in Southeast Asia", Donald E Weatherbee, Chapter 4


Dalam bukunya yang berjudul International Relations in Southeast Asia, Donald E Weatherbee khususnya di chapter 4 kurang lebih menjelaskan tentang bagaimana dinamika regionalisme yang dihadapi oleh ASEAN sejak pembentukannya hingga umurnya yang mendekati lima dekade pada saat ini. ASEAN merupakan sebuah regionalisme yang lebih didefinisikan berdasarkan kedekatan regional antar-negara dan sebuah asosiasi formal di bidang politik maupun ekonomi yang mempromosikan kerjasama internasional satu sama lain. Kecenderungan pembentukan ASEAN merupakan motif ekonomi, maka dapat dimaklumi jika dalam perkembangannya ASEAN menghasilkan banyak pertemuan-pertemuan maupun mengadakan kerjasama multilateral (baik ASEAN dengan negara lain maupun beberapa anggota ASEAN dengan negara lain). Namun dibalik kesuksesan regionalisme ASEAN ini dalam membangun dan mengembangkan perekonomian negara-negara anggotanya, tentu terdapat berbagai konflik maupun masa-masa fluktuatif yang menerpanya. Berbagai dinamika yang dihadapinya inilah yang kini mampu membawa ASEAN dalam kerjasama yang lebih kompleks dan komplementer, yang sedang diramu menjadi bentuk framework ASEAN Community.

Critical Review "Regionalism And National Identity", James Mayall


Pasca berakhirnya perang dingin antara Amerika Setikat dan Uni Soviet, wacana tentang regionalisme menjadi sebuah diskursus penting yang mana mampu mengubah tata dunia pada saat itu hingga sekarang. Diskursus ini juga dibarengi dengan adanya sebuah identitas nasional yang diusung masing-masing negara mau tidak mau mengalami perubahan ketika memasuki sebuah konteks regionalisme. Secara jelas, artikel ini juga mencoba memaparkan bagaimana hubungan antara nasionalisme dengan kemunculan konsep regionalisme pasca tahun 1945. Lalu, artikel ini juga mengemukakan bagaimana nasionalisme dan regionalisme itu sendiri mampu secara bersama-sama mengembangkan konsep perubahan di tata dunia. Regionalisme, dipandang sebuah konteks yang memiliki peranan dalam mengubah perilaku negara-negara baik negara eks-perang dingin, maupun negara-negara yang tergabung dalam The Third World (Non Blok). Dalam perkembangannya, The Third World inilah yang lebih memiliki peranan terhadap hubungan/relasi konsep nasionalisme dan regionalisme di perubahan tata dunia.

Critical Review "Regionalism in Historical Perspective", Louis Fawcett


Dalam artikel yang berjudul Regionalism in Historical Perspective ini diulas tentang bagaimana pembentukan sebuah regionalisme itu dimulai, baik mulanya berdasarkan  kebutuhan negara-negara itu sendiri ataupun berdasarkan efek yang ditimbulkan pada kondisi tertentu yang terjadi saat itu juga sehingga memunculkan pembentukan regionalisme. Dalam pembahasannya ini penulis juga mengungkapkan opini tentang faktor apa yang diyakini sebagai motif pembentukan regionalisme, bagaimana sebuah konsep regionalisme kemudian mampu secara fluktuatif bersifat resisten dan bahkan eksis melebihi jangkauannya di masa lampau. Regionalisme sendiri dipandang sebagai sebuah formasi dari negara-negara yang saling ketergantungan dan terhubung atau berdekatan satu sama lain dalam konteks wilayah.

Something That You Wanna Be, Something That You wanna Do, Yes They Are...

They are so lucky, they born to be that. They know from the deep of their heart and soul, and they can do that. They are so lucky could do the extraordinary thing, exploring the world and have a big journey 'till they last breathe. They can fly across the island, they can swim across the sea. They can feel the desire, they've got that! What so blessed! Their blood has blended with everything that they see, every dot of nature. They are lucky, so so lucky. I also wanna do that, exploring the world, enjoying what kind of things that i love. But another side of my life, has pressure me to just being another human. I hate this, i wanna scream, i wanna run away. Is there no place that could accepting my dreams? Is there no one that would supporting every single thing that i love to do? In the whole of my life, i just wanna be an explorer, i wouldn't end my journey only with an ordinary life of human. I've my rights, but i can't even take the first step. They're so lucky and in the whole of my life i just want to feel that so.

I don't want to only stay on the only one place. I want to move. Is there no supporting things for me to dream and realize those kind of dreams? Could anyone hear those kind of my voice and help me out to get there?