Aku memasukinya. Aromanya sangat khas, begitu kukenal. Setiap guratan di tubuhnya, setiap bekas yang pernah aku jejakkan, dan bukan hanya aku yang pernah melakukannya. Meskipun sekarang ia telah berbeda, ia tak lagi sama seperti dulu. Beberapa make up telah membuatnya terlihat lebih baik dan tidak seburuk dahulu. Namun aku masih hafal betul padanya. Bagaimana tidak? Ia adalah tempat pertama kali aku mendengar sebuah lantunan lagu yang diciptakan untuk menghadirkan kehangatan di rumah kita. Kemudian aku melihatnya. Seorang anak berumur 15 tahun. Duduk di bangku baris kedua, kolom kedua dari barat. Anak perempuan itu mengenakan pakaian sekolahnya yang berwarna abu-abu, dengan badge berwarna kuning di sebelah lengannya. Ia tersenyum setengah tertawa sembari memandangi papan tulis di hadapannya. Di papan tulis itu terdapat rangkaian kata yang akan mengalun merdu setelahnya. Aku memandang anak itu lagi. Aku ingat jelas, ia adalah aku. Aku empat tahun yang lalu. Di balik tembok berwarna hijau, dengan papan tulis putih di depan kelas ini yang menandakan bahwa ini adalah kelas X-C. Tetapi bukan ini kelasku, hari ini hanyalah menjadi hari dimana aku bertemu dengan teman-teman lain untuk mendengarkan sebuah lirik. Dan kini aku dapat melihat mereka, beberapa muncul satu per satu, di baris sana, di kolom sini, hingga kelas ini terisi hampir belasan orang. Lantunan lirik itu mengalun perlahan... Aku yang dulu, mereka, telah menghilang... Tetapi kudengar jelas lewat telingaku lagu itu...

Kita... Kita... Kita...
Disini ada kita
Yang akan saling berpegangan bahu
Antara suka duka
Disini kita tahu
Kenangan akan ada
Dalam jiwa yang tenang
Menatap angkasa
Bertarung di masa muda...
Karna kita kawan, yakin dalam luas impian
Karna kita kawan, kan terus bersenandung beriringan
Dan kita tuliskan, sejuta makna bagai embun pagi
Dari hati ini kepada kehidupan
Di rumah kita yang hangat dan berseri...

Sebenarnya aku berbohong. Lagu itu bukan aku dengar jelas di telingaku, namun selama ini lagu itu telah menetap di hatiku. Entah sampai kapan, yang jelas aku tidak akan pernah berusaha untuk melupakannya. Biarkan suatu saat jika ia memang menghilang, maka ia hilang karna usiaku yang bertambah tua dan karena syaraf-syarafku yang terlampau kelelahan untuk mengingatnya. Aku tahu, mungkin bagi beberapa orang apa yang aku ungkapkan ini terlalu mendramatisir. Tapi biarlah orang berkata apa, yang jelas ini adalah sesuatu yang jujur dariku. Sesuatu yang tulus untuk “Rumah Kita” dulu. Dan kini aku yakin, bahwa lagu itu memiliki prediksi tepat, sebab kenangan memang selalu ada setelah aku melewati waktu-waktu bersama mereka. Karena mereka, teman-temanku sekaligus keliuargaku, satu persatu mulai memberikan makna melalui impian-impian mereka. Dan biarkan dulu orang lain menganggap bahwa kumpulan kami ini sebagai kumpulan orang-orang yang tersisihkan dari organisasi lain yang lebih memiliki prestise di sekolah itu. Namun aku yakin, ketika kami berkumpul kembali di suatu waktu nanti, kami buktikan bahwa kami adalah kumpulan orang-orang hebat  yang berhasil menggapai mimpi.