Kunjungan Negara India ke Indonesia beberapa waktu yang lalu (Januari 2012) tentu tidak dapat dilepaskan dari konteks kepentingan nasional dan diplomasi dari masing-masing Negara. Menarik memang hal yang ditonjolkan oleh India berkaitan dengan Soft Diplomacy yang dilakukannya. Mengusung tema budaya dan menampilkan berbagai ciri khas budaya yang mengagumkan mata penonton di Indonesia. Tak terkecuali saat India memberikan suguhan yang menakjubkan, yang dikemas dalam acara “A Slice of India in Paramadina University”. Sambutan yang hangat dari Diplomat dan The Jawaharlal Nehru Indian Culture Centre menjadi pusat dari pembentukan dan pencitraan India di Indonesia.
            Sebelumnya, kita telah tahu bahwa hubungan regional antara India-ASEAN telah terjadi sejak lama. Kebijakan India “Look East Policy" pertama kali dimulai pada tahun 1992, sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam sistem global, setelah kejatuhan Uni Soviet. “The Look East Policy” bertepatan dengan masuk India sebagai mitra dialog sektoral ASEAN pada tahun 1992 dan mitra dialog penuh ASEAN pada tahun 1996, yang menyebabkan perluasan hubungan dengan Timur dan negara-negara Asia Tenggara. Pada tahun 2010, ASEAN-India Free Trade Area ditandatangani. Baru-baru ini, upaya India untuk terlibat dengan negara-negara ASEAN telah menyebabkan dialog-dialog bahwa India berharap akan mengarah pada pembangunan Jaringan Jalan Asia, yaitu Jalan Raya India-Myanmar-Thailand Trilateral dan India-Myanmar-Laos-Vietnam Jalan-Kamboja. Hubungan India dengan Asia Tenggara dan Samudera Hindia negara litoral juga melihatnya fokus pada peningkatan hubungan dengan Indonesia, Malaysia, Myanmar dan Thailand.
            Hubungan India-Indonesia sendiri telah lama dimulai. Bahkan sejak sekitar 2000 tahun yang lalu, ketika orang-orang dari India menyebarkan Agama Hindu ke Indonesia. Indonesia yang dipimpin Presiden Soekarno menjadi tamu perdana di peringatan Hari Republik India pada tanggal 26 Januari 1950. Pada saat itu hubungan India-Indonesia merupakan suatu rangkaian historis yang paling dekat. Kedua Negara baru saja melepaskan diri dari belenggu kolonialisme Eropa, dan sedang berjuang untuk menemukan bantalan/pendukung nasional mereka. Dan akhirnya mereka menemukan satu sama lain sebagai Negara yang bertetangga di tahun-tahun awal kemerdekaan. Untuk pertama kali Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru kemudian sama-sama bekerjasama pada Gerakan Non-Blok yang memberikan suara untuk negara-negara Dunia Ketiga, menolak untuk ditarik ke dalam Perang Dingin yang muncul antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
            Kehadiran Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono sebagai tamu utama di perayaan Hari ke-62 Republik di India pada bulan Januari 2011 menandai tonggak utama pula dalam sejarah panjang hubungan Indonesia-India. India selalu memilih dengan hati-hati siapa yang akan menjadi tamu setiap tahun. Dengan memperluas undangan tahun ini untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di New Delhi jelas merupakan sinyal bahwa ia ingin mengembangkan hubungan lebih dekat dengan Indonesia. Sebagai tanggapan, Presiden SBY membalas isyarat dengan kehadirannya di New Delhi. Ini sangat bisa diartikan sebagai bisnis, baik secara kiasan dan harfiah, sebab ketika ia datang, ia membawa delegasi yang mencakup cukup banyak CEO Indonesia.
India-Indonesia, merupakan wajah kedua dan ketiga terbesar di Asia dalam hal populasi, mempunyai tantangan yang hampir serupa. Mungkin dilihat dari segi ekonomi keduanya masih dalam proses pembangunan, apalagi dengan porsi populasi yang besar, dan sebagian banyak masih tenggelam dalam kemiskinan tetapi dalam tren decade terakhir keduanya saling melepas dan memperkuat potensi ekonomi. India-Indonesia telah memeluk pasar ekonomi, apalagi keduanya sama-sama anggota G20.
            Mengenai perkuatan di bidang ekonomi dan kepentingan nasionalnya inilah, India sedang gencar menanamkannya di beberapa Negara ASEAN, tak terkecuali di Indonesia. Apalagi beredar kabar bahwa hal ini dilakukan oleh India berkaitan dengan ketakutan atas penguasaan China di Asia. Dalam hal tersebut, India hadir sebagai kekuatan pengimbang, apalagi juga berkaitan dengan persaingan Amerika Serikat di kancah Asia.
            Pendekatan yang dilakukan oleh India di Indonesia dalam bentuk Soft Diplomacy lah menjadi salah satu bentuk yang terbaik dalam menanamkan pengaruhnya, mengingat secara kondisi geografis, sejarah, dan bahkan latar budaya yang nyaris sama persis membuat ketertarikan tersendiri bagi kedua belah pihak. Kehadiran semakin banyak investor India, manajer, dan profesional di Indonesia dapat membantu mendorong hubungan kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi, seperti Indonesia dalam “meningkatkan afinitas budaya pop India”, terutama melalui film Bollywood. Dalam hubungan ini, muncul orang-ke-orang yang saling kontak melalui perdagangan dan bisnis, yang mulai tumbuh setelah penandatanganan Strategic Partnership Agreement selama kunjungan Presiden SBY  ke India pada tahun 2005 sebelumnya.
Ada alasan untuk optimis setelah kunjungan terakhirnya di India, di mana ia melihat penandatanganan delapan belas perjanjian baru antara kedua Negara serta dengan para pemimpin bisnis. Perdagangan dua arah siap untuk tumbuh dari sekitar $ 12 miliar di 2010 menjadi $ 20 miliar pada 2015. Kunjungan itu juga melihat perusahaan India berkomitmen untuk investasi $ 15 miliar pada Indonesia tahun ini. Sedangkan pada bidang keamanan, kedua Negara akan bekerja sama dalam memerangi terorisme dan radikalisme.
            Melihat hal tersebut bentuk diplomasi India mempunyai beberapa kepentingan nasional di Indonesia. Diantaranya adalah :
·         Memastikan akses terus mineral Indonesia dan cadangan energi.
·         Mengembangkan saham lebih kuat di sektor pertanian Indonesia.
·         Menggunakan Indonesia sebagai leverage strategis melawan Cina.
·         Bekerja sama dengan Indonesia untuk mengamankan Samudera utara-timur India dari ancaman keamanan non-konvensional.
Hal ini juga diperkuat dengan beredarnya berita bahwa beberapa perusahaan India akan segera menanamkan investasinya berkaitan dengan minyak bumi atau cadangan energy, seperti dilansir pada berita di Vivanews.com beberapa waktu yang lalu (Februari 2012). Dengan demikian jelas bahwa tiap Negara yang melakukan pendekatan atas Negara lain tidak lain demi kepentingan nasionalnya sendiri. Bentuk Soft Diplonacy melalui demonstrasi budaya yang dilakukan India merupakan satu hal yang akan berpengaruh bagi Indonesia.