Ambil...

Biarkan dirimu terjatuh menyentuh sang raga,
Membasahi setiap jengkal dan sudut dalam jiwa,
Mengalirlah, seperti layaknya aliran dan tetesan air dalam hatiku,
Bersambutlah, sebab kau masih dapat temukan dirimu,
Hanya untuk sementara waktu...

Mengadu aku seperti sebuah sendu,
Karena perkataanku tetap ditelan sang waktu,
Cerminan waktu, mengangkatku...

Once, the time...

You come around and flip me away,
You put the chance and slip me away,
We take the chance but throw it,
To nothing.
Isn't easy to take a look?
Isn't easy to catching away,
And now it goes to nothing,
Nothing for you,
Will never nothing for me,
Where the harmless that you always offer before?
Why it doesn't being the same?
Why it always goes into?
Just don't erase the tears to make some of new,

December, it goes to rain

The Last Journey of Words

Thanks for being nice to me. Thanks for having your time for me. I'm so glad you'd really did to come. It's even more than happiness seeing you fine. So this how's life can overcome. You did good, and i am so. But we can't just stop and continue again about a long journey. See, i still breathe in the same way i did in cloudy afternoon ever last. For the dry wind I ever touch. They left something broken that you put in my chest. If only those kind of things could be completed in a perfect maze long before.

You're sorry for that night, and i'm sorry for the last night. The mirror that put on your eyes, was quitly been done now. The mirror that you put on my eyes, was quitly been done, ever before you done.

Setajuk Kata Berisikan "Apa Kabarmu Hari Ini?"

"Apa kabar? Baik-baik sajakah?"
Hanya setajuk kata itu saja yang sebenarnya mampu melukiskan perhatian lebih dari apapun. Hanya kata-kata sesederhana itu. Tidak perlu aku menjawab, tidak perlu engkau pun tahu, tidak perlu aku memberi tahu, namun itu telah cukup. Percayalah, aku tidak akan mengatakan apapun, aku tidak akan mengucapkan satu kalimat atau sepatah kata pun jika pertanyaan itu tidak pernah hadir dalam dirimu. Sebuah simbol kesederhanaan yang terkristalisasi menjadi permata tersembunyi. Hanya kata-kata itu. Hanya pertanyaan itu. Aku tidak meminta lebih.

Sejarah dan Kebangkitan Nasionalisme di Filipina


Sejarah Kolonialisme di Filipina
            Semenjak abad IX hingga abad XVI Masehi, Filipina menjadi rute perdagangan maritim internasional yang membentang dari Laut Merah hingga Laut China Selatan dan dikuasai mayoritas oleh pedagang muslim. Pedagang muslim ini sering singgah di kepulauan Filipina Selatan yang kemudian juga turut menyebarkan agama Islam disana. Terdapat beberapa perkembangan yang dihasilkan dari peradaban Islam disana terutama di Kepulauan Mindanao, mereka telah memiliki sistem sosial dan politik yang lebih maju dibandingkan wilayah lain. Mereka menganut sistem kesultanan dengan model kekalifahan Islam.
            Pada tanggal 16 Maret 1521 bangsa spanyol datang di Pulau Samar yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan. Ia kemudian menamakan pulau tersebut San Lazaro dan mengklaimnya untuk Spanyol. Magellan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Cebu dan membaptis raja Humabon beserta 800 orang Cebuano lainnnya menjadi Kristen. Pada tanggal 27 April 1521 Magellan terbunuh saat membantu memadamkan pemberontakan Lapu-lapu. Selanjutnya, empat ekspedisi Spanyol ke Filipina terjadi antara tahun 1525-1542. Pada ekspedisi yang keempat, Ruy Lopez de Villalobos memberikan nama Philippines untuk pulau yang ditemukan Magellan yang diambil dari nama Raja Spanyol kala itu yaitu Raja Philip II. Secara resmi Filipina menjadi koloni bangsa Spanyol pada tahun 1565 saat Raja Philip II menunjuk Miguel Lopez de Legazpi sebagai Gubernur Jenderal yang pertama dan memilih Manila sebagai ibukota wilayah koloni pada tahun 1571. Sekitar 200 tahun awal masa penjajahan Spanyol di Filipina koloni tersebut terisolasi dari dunia luar. Baru pada tahun 1762 Filipina mulai terbuka dengan dunia luar. Spanyol kemudian bermaksud untuk menjadikan kota Manila sebagai pusat perdagangan di Asia. Mereka menjadikannya gudang rempah-rempah sehingga nantinya kapal-kapal dari Eropa tinggal membeli dan membawanya kembali ke Eropa. Manila kemudian maju dengan pesar melebihi tanah jajahan Amerika dan menjadi pelabuhan perantara ke tanah jajahan di Asia lainnya.