Aku menyayangimu ayah...
Seperti dalam setiap aliran darahku yang terbentuk oleh darahmu. Seperti denyut nadiku yang senantiasa engkau jaga untuk selalu berdetak. Layaknya kepingan setiap nafas yang kau kumpulkan demi menyambung nafasku. Selayaknya selalu menanti munculnya hari baru mengecup untaian cerita, engkau yang dinantikan.

Aku menyayangimu ayah... dengan segenap jiwa ragaku yang terkadang tiba-tiba hilang entah kemana terbuai alunan sang dunia. Percayalah ayah, aku menyayangimu, aku menantikanmu, selalu dalam setiap detik yang tak mampu kuhentikan. Aku merindu... merindu kala fajar datang engkau menghiasi hidup kami dengan kesegaran warna sendu namun ceria. Kala malam engkau membuaiku dibawah sang mega, bercerita tentang bulan yang selalu bersemi untuk menampung cerita dibalik mentari. Aku tahu betul ayah, engkau memang bukan seorang idealis yang dapat menemani setiap waktu, engkau tidak mengajarkan segala sesuatu di atas kelopak mataku, namun wujud transparansi kasat mata yang engkau simpan justru mampu membuatku lebih terang menemukan kehidupan dalam kehidupan. Aku malu ayah... untuk sekedar mengucap kata rindu kepada dirimu, sebab engkau tak pernah mengajariku untuk mengucap rindu seperti itu. Sungguh aku percaya ayah, engkau selalu tahu dan mengerti diriku, seperti bintang yang selalu mengerti saat gelap menjelma. Dan aku rindu lagi, saat kita berjalan memandang angkasa, dimana hanya ada butir-butir harapan untuk menjelang, bukan batuan yang menghadang. Sering aku berpikir untuk membersihkan batuan itu untukmu, menyapu setiap butiran debu halus yang dapat menundamu, tapi lagi-lagi aku masih menjadi anak kecilmu ayah, lagi-lagi engkau yang melakukannya untukku. Ingin aku membuat padang ilalang yang permai untuk kau singgahi saat letih, tapi lagi-lagi justru aku yang menangis di tengah jalan dan engkau yang memeluk dan menggendongku. Ayah... pinjami aku keberanianmu, pinjami aku ketegaranmu, agar aku mampu mencorat-coret langit itu sesukaku untukmu, pinjami aku rasa sayangmu, sebesar rasa sayangmu untukku...


Aku menyayangimu ibu...
Dalam dinding yang tidak terbatas. Dalam asa yang terbebas. Memandangmu seperti mampu mengarungi setiap samudera yang terbentang sepanjang jagat raya. Memberi ruang pribadi dalam benakku untuk berekspresi, menampungku melewati lautan imajinasi. Aku menyayangimu ibu... meski tidak mampu aku untuk selalu mewujudkan untukmu, tidak sebanding dengan pembuktian yang selalu kau tampakkan. Aku menyayangimu ibu, sepenuh waktu yang ingin aku berikan, sebanyak yang ada di kehidupan. Jika aku mampu meminta sesuatu, aku ingin hanya ada waktu untukmu dan untukku, agar engkau tahu aku juga ingin sepertimu, engkau yang tak mengenal kelelahan untuk berada disampingku. Maka jika ada yang mampu menyambut kehidupanku seindah dan sebening tetesan embun di pagi ceria hanya engkau ibu, engkau yang mampu menyejukkan, yang hidup selalu, yang bercahaya, yang membagi segala sesuatu hanya demi sepucuk rekahan senyumku. Jika ada ruang hampa dalam teori kosmologi, aku yakin yang dapat mengisinya hanyalah engkau ibu. Sebanyak keindahan yang tersedia tak akan mampu membayar keajaiban cintamu kepadaku ibu, tidak memberikanku kesempatan untuk selayaknya membayar segenap jiwaku. Aku merindukanmu ibu, selalu... saat ini, kemarin, esok, ataupun lusa, aku yakin aku selalu merindukanmu, sebab engkaulah lentera pertama yang tertanam di sanubari ini. Aku ingin jadi sepertimu ibu, yang selalu saja mampu menyalakan secercah lilin ketika setiap angin dengan mudah menghembuskannya untuk berhenti berpijar. Aku ingin jadi sepertimu ibu, yang mampu untuk menggandeng tanganku dan mengajakku berpijak pada tanah yang selalu berubah. Mampu selalu menyembunyikan desahan air mata dibalik sebuah realita. Aku bahagia ibu, memilikimu, yang setia mendampingiku. Tiada lagi yang kata yang mampu aku buat untuk bersanding dengan kesetiaanmu. Aku akan melajukan serpihan-serpihan harapan yang masih engkau miliki ibu, aku akan berjanji. Pinjami aku kesabaranmu ibu, agar aku mampu menanti pelangi yang berada dibalik hujan, hujan yang turun dan kusapa setiap waktu saat ini...

Jakarta,
Sunday, September 9th 2012, 21:55 P.M