Critical Review "ASEAN and Regionalism in Southeast Asia", Donald E Weatherbee, Chapter 4
Noriko Izuna Ai
Sabtu, Maret 16, 2013
Dalam
bukunya yang berjudul International Relations in Southeast Asia,
Donald E Weatherbee khususnya di chapter 4 kurang lebih menjelaskan tentang
bagaimana dinamika regionalisme yang dihadapi oleh ASEAN sejak pembentukannya
hingga umurnya yang mendekati lima dekade pada saat ini. ASEAN merupakan sebuah
regionalisme yang lebih didefinisikan berdasarkan kedekatan regional
antar-negara dan sebuah asosiasi formal di bidang politik maupun ekonomi yang
mempromosikan kerjasama internasional satu sama lain. Kecenderungan pembentukan
ASEAN merupakan motif ekonomi, maka dapat dimaklumi jika dalam perkembangannya
ASEAN menghasilkan banyak pertemuan-pertemuan maupun mengadakan kerjasama
multilateral (baik ASEAN dengan negara lain maupun beberapa anggota ASEAN
dengan negara lain). Namun dibalik kesuksesan regionalisme ASEAN ini dalam
membangun dan mengembangkan perekonomian negara-negara anggotanya, tentu
terdapat berbagai konflik maupun masa-masa fluktuatif yang menerpanya. Berbagai
dinamika yang dihadapinya inilah yang kini mampu membawa ASEAN dalam kerjasama
yang lebih kompleks dan komplementer, yang sedang diramu menjadi bentuk
framework ASEAN Community.
Hubungan
antara ASEAN dengan Uni Eropa maupun negara Barat seperti Amerika Serikat
sempat mengalami penurunan karena mereka menolak hadirnya Myanmar, Kamboja dan
Vietnam dalam ASEAN. Hal ini semakin rumit ketika era militer junta di Myanmar
juga menolak memperbaiki atau mengubah politik domestiknya. Myanmar pun sempat
dianggap bagaikan kanker dalam tubuh ASEAN yang semakin menggerogoti
kredibilitas ASEAN sebagai representasi negara bangsa yang demokratis. Kamboja,
juga sempat andil dalam menurunkan citra ASEAN di dunia internasional dengan
perpolitikan domestiknya yang mengalami masalah. Meskipun negara-negara ASEAN
menggunakan prinsip non-intervensi namun tetap diperlukan adanya pengajuan
solusi untuk perpolitikan domestik yang mampu mempengaruhi keamanan dan
stabilitas kawasan ASEAN. Dengan kesabaran yang penuh dan proses yang tidak
praktis, ASEAN mampu memperbaiki dinamika negara-negara kawasannya melalui
prinsip penyelesaian masalahnya yaitu menggunakan musyawarah mufakat.
Menarik
yang dijelaskan dalam buku ini tentang dinamika fluktuatif di ASEAN adalah
bagaimana negara-negara anggotanya yang notabene merupakan negara baru merdeka
mampu menyelesaikan permasalahan mereka tanpa adanya terlibat dalam konflik
tersebut. Meskipun demikian, masih adanya kesenjangan antara negara inti
(negara pendiri ASEAN) dengan negara-negara yang baru saja masuk dalam ASEAN,
khususnya di bidang ekonomi. Dilandasi dengan kecenderungannya dalam kerjasama
ekonomi, maka ASEAN berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari konflik dan
terus mengembangkan kerjasama antar-negara anggotanya. Bentuk kerjasama ekonomi
yang komplementer ini diwujudkan dalam “Initiative for ASEAN Integration” yang
kemudian akan diimplementasikan secara nyata melalui ASEAN Community pada tahun
2015.
Label: Opini
Posting Komentar