Semenjak bangsa Indonesia ini berdiri, tak akan berhenti polemik yang akan menimpa tubuh bangsa ini. Sebab, membentuk suatu bangsa atau Negara, itu sama juga dengan menyatukan berbagai ide dan gagasan dari berbagai kepala-kepala manusia. Keragaman tersebut akan terus mempertahankan jati dirinya masing-masing, meski mempunyai satu tujuan yang sama. Namun, akhir-akhir ini, sepertinya fenomena menurunnya mental karakter bangsa ini terlihat jelas.
            Tak henti-hentinya kita menghadapi masalah yang menghubungkan antara masyarakat dengan pemerintahan. Banyaknya kebijakan pemerintah yang menuai berbagai reaksi kontra dalam masyarakat seperti memberikan gambaran bahwa saat ini Negara kita sedang dalam keadaan yang semakin tak menentu. Pemerintah, dianggap kurang memperhatikan sudut pandang masyarakat dalam mengambil kebijakan.
            Fenomena-fenomena yang belakangan menjadi kontroversi antara lain adalah kasus Freeport di Papua yang tak kunjung selesai. Banyak yang menganggap bahwa ini adalah salah satu bentuk kurangnya perhatian pemerintah dalam menangani kasus yang terjadi di kalangan masyarakat kita.
            Selain hal tersebut, ada juga kasus politik tentang jalannya kinerja pemerintahan. Presiden juga dianggap tidak tegas dalam menjalankan pemerintahannya, seperti saat ingin mereshuffle cabinet, perjalanannya sering dianggap setengah-setengah karena juga mengulur waktu. Kasus perseteruan KPK dan DPR juga dianggap sebagai salah satu bentuk pengalihan perhatian publik terhadap rencana pemerintahan.
            Semakin banyaknya kontroversi yang terjadi antara kubu pemerintah dan rakyat ini, membuat penilaian atas mental bangsa ini mengalami degradasi. Padahal, reaksi yang diperlihatkan oleh masyarakat kita adalah bentuk dari penggambaran karakter mental bangsa kita ini. Jika gejolak ini terus saja berlanjut dan sulit untuk mendapatkan titik temu bagi semua pihak, maka seolah kita sudah sulit untuk mempertahankan karakter bangsa yang sudah sejak lama kita bentuk dan pertahankan.