Dear Antares,
Waktu kembali pada tempatnya. Kali
ini kita tidak lagi memandang galaksi seperti sebelumnya. Cukupkah kita hanya
dengan memahami dunia masing-masing? Rasanya baru kemarin andromeda memancarkan
gelombang cahaya yang kita saksikan bersama. Ah ya, kristal-kristal itu kini
telah merangkai diri. Sebelum kita bisa menyentuh dan merangkainya bersama. Mereka
bertransformasi. Layaknya partikel-partikel penyusun molekul yang saling
membentuk kehidupan.
Senja tak lagi sama bukan? Kini hujan
lebih sering datang. Tak ada ufuk rasi scorpio. Mungkin ia juga telah
bertransformasi? Membelah diri? Atau malah melenyapkan debu-debunya seperti
supernova. Tetapi mungkin masih ada scorpio dalam belahan langitmu sana. Langit
yang terus menerus menampakkan diri sebagai senja. Yang menenggelamkan asa saat
gelombang ombak pasang akan tiba. Yang mengubah merah amarah layaknya sebuah
mawar merekah.
Dear Antares,
Mungkin dapat kita temukan senja
yang sama di balik pepohonan? Pepohonan yang bernyanyi merdu saat hujan bulan
ini datang. Sebab hujan menenggelamkan banyak kristal. Bahkan sinar-sinar
pemancar dari gugus yang sama lekas memudar. Tak mampukah setitik cahaya
membangkitkan nirwana? Nirwana yang bangkit di antara ruang bintang. Bintang yang
nyata. Ufuknya menyala terang diantara sinar Alfa dan Beta.
Dear Antares,
Menemukan tidak selalu memiliki
arti hilang, bukan? Maka jika suatu ketika kutemukan lagi ufuk scorpio,
sebenarnya ia tidak pergi. Scorpio, layaknya langit yang lain, yang tak mampu
kita ketahui dan kendalikan, mungkin membawa kristal harapan. Merahnya, melawan
dimensi ruang dan waktu. Namun, waktu meninggalkan ruang. Membungkamnya sendirian.
Menutup rapat dalam lingkar dalam lubang hitam. Gelombangnya, tak lagi memberikan
arah bagi langit untuk bersinar. Langit pun diam. Menajamkan penglihatan dan
pendengaran melalui dimensi tak terbatas. Sayang aku tidak paham tentang
kode-kode yang semesta ciptakan di luar sana.
Dear Antares,
Hanya jika aku mengerti tentang
hukum-hukum fisika, maka bualan ini mungkinlah menjdi prosa. Prosa langit batas
senja tanpa cerita. Jikalau prosa ini mencapai titik pencapaian galaksinya,
maka aku harap ada sinar dan gelombang yang menerimanya disana. Membawanya mencari
rasa. Tetapi fisika tak mampu memudarkan sebuah rasa. Maka jika hanya fisika
dan seperangkat momentumnya yang dapat menemukan senja. Biarkan sebuah rasa
tetap mengudara di ufuknya.
Label: My Side
Posting Komentar