Dear Antares,
Aku menulisnya di sela-sela revolusi tata surya pada galaksi yang kita pijak saat ini. Kosmos yang aku temukan terlihat berbeda. Tahukah kamu, pada saat-saat ini, aku menemukan “kembali” ketenangan yang telah lama hilang. Entahah, mungkin sekitar dua waktu penuh revolusi bumi ini. Ternyata sejarah memang berulang, begitu bukan? Manusia tampaknya memang dirancang untuk selalu menemukan lagi kepingan yang pernah dilalui ataupun ditinggalkannya. Aku tidak tahu mengapa. Sejarah selalu memberikan pengalaman dan pengamatan. Sejarah juga memberikan kesadaran dan identifikasi pada setiap butir materi dan partikel yang melekat pada diri.

Dear Antares,
Langitku sunyi. Aku menyukainya. Namun bukan berarti sunyi yang hilang. Sunyi yang menenangkan. Apa yang aku lihat, nampaknya langit tak lagi sudi menampakkan lentik wajahnya padaku. Perlahan, jejaknya terasa menjauh. Benarkah ini dikarenakan fenomena yang mereka sebut-sebut dengan “globalisasi” atau “global warming” itu? Ah, siapa peduli. Mereka yang berteriak-teriak itupun masih menatap hampa harapan dibalik fenomena iu. Aku? Aku tidak peduli. Selama kosmosku masih dapat berputar dan menatap padaku, aku akan tetap berdiri.