Logika & Perasaan, Paradigma Pilihan!


Apakah memang selayaknya perasaan itu kita yang mengendalikan? Bukan perasaan yang mengendalikan kita? Jika memang benar begitu adanya, bukankah justru berarti membiarkan diri kita sendiri dikuasai oleh ego dan logika-logika yang absurd dalam menghadapi kehidupan? Bukankan perasaan justru menjadi substansi yang mengandung esensi dari kebenaran? Ah, mungkin aku terlalu berkutat dengan landasan filosofis yang telah dituliskan dan diperdebatkan selama berabad-abad oleh sejarah. Yang justru membuatku muak sendiri adanya. Kenapa manusia berpikir sesuatu yang terkadang tidak perlu dipikirkannya? Kenapa sulit untuk menjalani hidup apa adanya yang seperti orang-orang katakan? Aku yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar menjalani hidup apa adanya. Slogan tersebut hanya berfungsi sebagai paradoks untuk hiburan semata. Untuk menghidupkan kembali semangat-semangat yang sempat tertidur atau bahkan mati suri. Akankah benar demikian adanya?

Analisis The Declaration of Independence Palestina


Perjuangan Palestina Atas Kemerdekaan & Hak di Dunia
Palestina, merupakan salah satu negeri yang berdiri di tanah Jazirah Arab sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Meskipun eksistensinya sebagai sebuah negara yang berdaulat sampai saat ini masih belum dilegalkan oleh PBB, namun telah banyak negara-negara lain yang sepenuhnya mendukung kemerdekaannya. Apalagi hal ini juga dipicu dengan adanya gencatan senjata antara Palestina-Israel yang selama berpuluh-puluh tahun sulit dikendalikan. Perebutan wilayah dan pemberontakan atas nama agama menjadi sengketa kedua belah pihak tanpa mendapatkan titik temunya hingga saat ini. Tentu saja, kemerdekaan Palestina dipercaya sulit didapatkan karena adanya Amerika Serikat yang duduk sebagai Dewan Keamanan tetap di PBB. Sedangkan di sisi lain telah terlihat bahwa Amerika Serikat begitu memiliki kedekatan dan di bawah pengaruh Israel pula. Banyak spekulasi yang menyatakan bahwa selama Amerika Serikat masih duduk tenang sebagai Dewan Keamanan tetap PBB, maka selama itulah Palestina tidak akan bisa mendapatkan kedaulatan yang sah dari PBB, atau dengan kata lain selamanya Palestina tidak akan bisa menjadi sebuah negara.
Perjuangan Palestina, bukannya tanpa alasan yang kuat untuk menjadi sebuah negara. Mengingat invasi yang sedemikian rupa bisa menghancurkan kota-kota dan segenap jiwa penduduk Palestina oleh keberadaan dan tindakan militer Israel. Tanpa adanya pengakuan kedaulatan, Palestina tidak bisa berjuang demi hak mereka sebagai manusia, dan sebagai warga Palestina. Tanpa adanya kedaulatan, hal tersebut menjadi sebuah kemudahan bagi bangsa atau negara lain untuk menjajah, atau merampas kedudukan dan hak masyarakat Palestina. Tanpa hal tersebut juga, negara-bangsa yang ada di dunia ini akan sulit untuk membantu dalam hal pembelaan atas pelanggaran Hak Asasi Manusia ataupun memberi bantuan dalam bentuk administrasi, atau juga memberi bantuan dalam bentuk kerjasama pemerintahan antar-negara.

Karena Bunga Pun Tahu Waktu Mekarnya


Persis disini, dimana waktu menjeratku untuk terus berjalan, mendekapku untuk selalu merengkuh butiran-butiran embun yang terjatuh, semuanya pergi seketika. Aku mampu tanpamu, aku tahu benar itu, sebab sebelum kehadiranmu pun aku mampu menghadapi semuanya sendirian. Aku dapat merangkai binar-binar anugerah yang terhampar di hadapanku bahkan jauh sebelum aku mengenalmu. Maka aku rasa tidak ada satupun alasan yang dapat menghalangi langkahku untuk tetap berjuang. Aku dan kamu hanya sekelumit cerita yang mampir dalam perjalananku yang tanpa henti. Oleh itulah, ketika kamu pun harus mengambil langkah yang berbeda dari yang aku tempuh, seharusnya aku dapat menerimanya, dengan senyum lebar, karena seharusnya aku pun mampu berterima kasih padamu atas iringan langkahmu yang sempat menemaniku. Semestinya semua bisa aku bungkus dalam untaian do’a untukmu dan untukku.

Namun setiap anak manusia memiliki perasaan masing-masing yang tak dapat mereka ungkapkan bukan? Seperti layaknya seorang anak kecil yang senantiasa ingin selalu berada dalam pelukan orangtuanya. Atau seperti mereka yang dalam waktu singkat dapat menjalin persahabatan? Atau seperti manusia yang tidak dapat hidup dengan diri sendiri. Aku tidak menyesal, sungguh tidak atas karunia Tuhan yang mempertemukan kita dan kemudian memberikan jalan yang berbeda. Hanya saja, perasaan yang tersangkut jauh di dalam hatiku inilah yang acapkali membuatku gusar.