Sanggar, Rumah Kerinduanku-Part 4

            Laki-laki itu, pertama kali aku melihatnya adalah saat ia duduk sendiri di sudut sebuah kantin sekolah. Kepalanya tertunduk, terfokus kepada minuman pop ice yang terhidang dingin di hadapannya. Sambil mengaduk-ngaduk esnya terus menerus, lelaki itu terdiam. Saat itu sudah pukul empat, sekolah telah sepi, mungkin hanya tinggal segelintir anak-anak saja yang masih betah untuk mengobrol di sanggar, atau beberapa pengurus takmir masjid yang lebih suka berdiam diri di mushola sekolah. Selain laki-laki itu hanya ada satu orang lagi di kantin ini, ya tentu saja si pemilik kantin, seorang laki-laki, namanya Pak Sis. Pak Sis adalah salah satu dari tukang kebun sekolahku juga. Biasanya yang menjaga kantin ini adalah Bu Sis, istri dari Pak Sis. Seorang perempuan paruh baya yang selalu halus dalam setiap tutur kata dan nada bicaranya. Bahkan menurutku Bu Sis tidak mempunyai bakat dalam berteriak, seperti layaknya yang sering dilakukan murid-murid sekolah ini saat berdesakan membeli jajan di waktu istirahat tiba. Karena waktu yang telah sore inilah yang membuat akhirnya Pak Sis menjaga kantin, sedangkan Bu Sis telah pulang terlebih dahulu. Pak Sis saat itu sedang asyik duduk di salah satu bangku kantin sambil mendengarkan radionya.

Sanggar, Rumah Kerinduanku-Part 3

            Aku tidak tahu sejak kapan mereka tertawa cekikikan memperhatikan fotoku. Yang jelas, aku sama sekali tidak sadar momen memalukan yang dicuri dariku itu. Hingga sampai akhirnya Wheny menunjukkan sebuah gambar yang bertengger manis di layar hp-nya. Oh hell no! That was me... I was fall asleep some minutes ago, but i didn't realize that i really slept at that time. Foto itu jelas masih terbingkai di ingatanku. Meski hanya foto setengah badan yang diambil. Fotoku yang tertidur dengan beralaskan tas kusutku yang berwarna coklat dengan motif kotak-kotak. Sekilas aku pikir betapa polosnya wajahku dan kemudian tertawa dalam hati, tapi anggapan itu langsung cepat-cepat aku hilangkan. Bagaimanapun aku tidak suka foto-foto semacam itu bisa dimiliki orang lain. Sungguh memalukan! Aku bergegas bangun dari posisi tidurku, seragam biruku terlihat sangat kusut, apalagi jilbab yang aku pakai, sudah berbentuk seperti kain lusuh yang siap untuk dibuang. Errrrggghhh, kenapa juga mesti ketiduran, ucapku dalam hati. Aku memang berniat untuk beristirahat sejenak, tetapi tidak untuk tidur, lagipula pikirku tidak mungkin aku bisa ketiduran ditempat sepanas ini. Aku berdiri, berjalan selangkah mendekati Wheny.

Sanggar, Rumah Kerinduanku-Part 2

            Hari ini seperi biasanya, sehabis bel berbunyi satu tempat yang aku tuju. Tentu saja sanggar baruku. Aku dan beberapa teman-teman sedang sibuk mempersiapkan acara besar Bedah Buku Antologi Puisi kami. Memang, event itu tinggal hitungan beberapa minggu lagi. Aku setengah berlari menuju sanggar itu, bukan karena aku sangat bersemangat untuk membantu, tetapi aku senang melihat begitu banyak teman-temanku yang berkreasi membuat karya-karya lukisan, sebab event besar kami nanti juga akan diselingi dengan pameran lukisan dari anak-anak sanggar. Belum sampai di tempat, sudah ada beberapa anak yang tampak di lorong persimpangan sanggar.

Sanggar, Rumah Kerinduanku-Part 1

           Saat itu kelasku sedang kosong pelajaran. Suasana gaduh sekali. Aku hanya terdiam di bangkuku seperti biasanya. Di hadapanku terdapat buku-buku pelajaran matematika yang seharusnya saat ini sedang berlangsung. Ku biarkan buku-buku itu berserakan seenaknya saja. Aku tak ada mood untuk melakukan apapun. Aku hanya ingin kelas ini cepat berakhir dan aku bisa segera pulang untuk tidur. Kucoba benamkan wajahku di buku-buku itu, berharap keletihan ini juga akan segera pergi. Aku melirik sesaat keadaan kelas, teman-temanku yang lain sibuk bernyanyi dan berjoget ria di depan kelas. Kelasku cukup besar dibanding dengan kelas lain, sehingga cukup banyak ruang untuk menjadi ajang permainan di dalamnya. Ada yang berkutat dengan handphonenya. Ada yang sibuk berteriak dan main kejar-kejaran. Ada pula yang malah pergi nongkrong di kantin. Oh Tuhan, siswa SMA macam apa ini, batinku. Meskipun baru menginjak di kelas X, tetapi aku sudah bertingkah layaknya orang dewasa yang memikirkan negara. Lucu dan aneh memang, tapi entah, itulah aku. Selalu ingin memandang jauh ke depan terhadap negara ini.

Kepentingan Nasional India Terhadap Indonesia (Berkaitan dengan Soft Diplomacy & Kunjungan India ke Indonesia, Januari 2012)

        Kunjungan Negara India ke Indonesia beberapa waktu yang lalu (Januari 2012) tentu tidak dapat dilepaskan dari konteks kepentingan nasional dan diplomasi dari masing-masing Negara. Menarik memang hal yang ditonjolkan oleh India berkaitan dengan Soft Diplomacy yang dilakukannya. Mengusung tema budaya dan menampilkan berbagai ciri khas budaya yang mengagumkan mata penonton di Indonesia. Tak terkecuali saat India memberikan suguhan yang menakjubkan, yang dikemas dalam acara “A Slice of India in Paramadina University”. Sambutan yang hangat dari Diplomat dan The Jawaharlal Nehru Indian Culture Centre menjadi pusat dari pembentukan dan pencitraan India di Indonesia.